Stop mendukung Jagoan kamu lewat Sms-sms!!!!
Written by Yudhie Dwi Prasetyo on 05.23Beberapa pekan yang lalu saya mendapatkan email dari temen saya,,,,setelah saya baca saya tidak terlalu heran dengan isi email tersebut isinya tentang bisnis sms yang mungkin sampai sekarang masih menjadi trend di stasiun telivisi kita dalam ajang-ajang pencarian bakat…dari awal saya memang tidak setuju dengan kata-kata “kirim sms sebanyak-banyaknya untuk mendukung jagoan kamu” …itu pembodohan,,sumpah deh itu pembodohan banget…kenapa saya bilang begitu?? Karena tariff sekali kirim 2000 rupiah ,,itu termasuk mahal..kalo memang bener niat memberikan dukungan harusnya masing2 orang hanya bisa mengirim satu kali sms dan dengan tariff yang sewajarnya..tetapi apa coba..ajang dukungan ini dijadikan ajang meraup keuntungan..itu udah ga bener menurut saya..nah mau tau isi email temen saya itu ???
Ini dia email nya anda akan tahu betapa ruginya anda ikut-ikutan kirim sms mendukung jagoan anda..
<<<<<
TOLONG DIBACA DAN JANGAN COBA 2X IKUT WALAU PUN HANYA Rp 2000...
MAKANYA BACA... OK?!
Dapat dari milis tetangga.... .....
Dua hari yang lalu gw ketemu dengan salah seorang AFI (Akademi Fantasi
Indosiar). Selain lepas kangen (he..he) gw juga dapat cerita seru dari
kehidupan mereka.
Di balik image mereka yang gemerlap saat manggung atau ketika nongol di
teve, kehidupan artis AFI sangat memprihatinkan.
Banyak di antara mereka yang hidup terlilit utang ratusan juta rupiah.
Pasalnya, orang tua mereka ngutang ke sana-sini buat menggenjot sms
putera-puteri
mereka. Bisa dipastikan tidak ada satu pun kemenangan AFI itu yang berasal
dari pilihan publik. Kemenangan mereka ditentukan seberapa besar orang tua
mereka sanggup menghabiskan uang untuk sms. Orang tua Alfin dan Bojes
abis 1M. Namun mereka orang kaya, biarin aja.
Yang kasihan mah, yang kaga punya duit. Fibri (AFI 005) yang
tereliminasi di
minggu-minggu awal kini punya utang 250 juta. Dia sekarang hidup di sebuah
kos sederhana di depan Indosiar. Kosnya emang sedikit mahal RP 500.000.
Namun itu dipilih karena pertimbangan hemat ongkos transportasi. Kos itu
sederhana (masih bagusan kos gw gitu loh), bahkan kamar mandi pun di luar.
Makannya sekali sehari.
Makan dua kali sehari sudah mewah buat Fibri. Kaga ada dugem dan kehidupan
glamor, lha makan aja susah.
Ada banyak yang seperti Fibri. Sebut saja intan, Nana, Yuke, Eki, dll.
Mereka teikat kontrak ekslusif dengan manajemen Indosiar. Jadi, kaga bisa
cari job di luar Indosiar. Bayaran di Indosiar sangat kecil. Lagian
pembagian job manggung sangat tidak adil. Beberapa artis AFI seperti
Jovita
dan Pasya kebanjiran job, sementara yang lain kaga dapat/jarang dapat job.
Maklum artisnya sudah kebanyakan. Makanya buat makan aja mereka susah.
Temen gw malah sering dijadiin tempat buat minjem duit. Minjemnya bahkan
cuma Rp 100.000. Buat makan gitu loh. Mereka ga berani minjem banyak
karena
takut ga bisa bayar.
Ini benar-benar proyek yang tidak manusiawi. Para orang tua dan anak
Indonesia dijanjikan ketenaran dan kekayaan lewat sebuah ajang adu
bakat di
televisi.
Mereka dikontrak ekslusif selama dua tahun oleh Indosiar. Namun tidak ada
jaminan hidup sama sekali.
Mereka hanya dibayar kalo ada manggung. Itu pun kecil sekali, dan tidak
menentu. Buruh pabrik yang gajinya Rp 900.000 jauh lebih sejahtera
daripada
mereka.
Nah acara ini dan acara sejenis masih banyak, Pildacil juga begitu.
Kasihan
orang tua dan anak yang rela antre berjam-jam untuk sebuah penipuan
seperti
ini.
Seorang anak pernah menangis tersedu-sedu saat tidak lolos dalam
audisi AFI.
Padahal dia beruntung. Kalau dia sampai masuk, bisa dibayangkan betapa dia
akan
membuat orang tuanya punya utang yang melilit pinggang, yang tidak akan
terbayar sampai kontraknya habis.
mungkin ada yang tertarik buat ngangkat cerita itu ke media anda? Gw punya
nomer kontak mereka. Gaya hidup mereka yang kontras dengan image publik
kayanya menarik untuk diangkat. Ini juga penting agar anak-anak dan orang
tua di Indonesia kaga tertipu lebih banyak lagi.
JUDI SMS MENGGILAAAA ......
Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan.
Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri
Cantrik, dsb.
Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit penyanyi terbaik.
Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium.
Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum --
setidaknya
sampai saat ini. Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS
biayanya --anggaplah- - Rp 2000.
Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMS Center
(Satelindo, Telkomsel, dsb).
Sisanya yang 40% untuk "bandar" (penyelenggara) SMS.
Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang
terhubung ke
Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya.
Jika dari satu SMS ini "bandar" mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800),
maka
jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (Coba
anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone?
Saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak
Rp 80.000.000.000 (baca: Delapan puluh milyar rupiah).
Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah ? rumah senilai 1 milyar, itu
artinya bandar hanya perlu menyisihkan 1,25% dari keuntungan yang
diraupnya
sebagai "biaya promosi"!
Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali.
Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak
tersisih, dan "siapa tahu" mendapat hadiah.
Kata "siapa tahu" adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa
handphone.
Pulsa ini dibeli pakai uang.
Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi.
Begitu menggiurkannya bisnis ini, sampai-sampai Nutrisari membuat
iklan yang
saya pikir menyesatkan.
Pemirsa televisi diminta menebak, "buka" atau "sahur", lalu jawabannya
dikirim via SMS.
Ada embel-embel gratis.
Ada kata, "dapatkan handphone... " Saya bilang ini menyesatkan, karena
pemirsa televisi bisa menyangka :
"Dengan mengirimkan SMS ke nomor sekian yang gratis (toll free), saya bisa
mendapat handphone gratis".
Kondisi ini sudah sangat menyedihkan.
Bahkan sangat gawat.
Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB.
Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman
jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi,
hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!
..
Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini.
Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka.
--------------------------------------------selesai--------------------------------------------------------
Gimana sikap anda setelah baca email ini.....???? udah deh kita kampanyein untuk tidak kirim sms-sms berkedok dukungan atau kuis...itu hanya dalih untuk meraup keuntungan yang besar dari sms ini malah leih parahnya dijadikan perjudian..wah parah deh apalagi kalo anda masih ingat Asian idol beberapa waktu yang lalu,,,dengan gampangnya mereka bilang ayo dukung jagoan indonesia...bukannya ga mau dukung kalo saya males,,,kalo mendukung bukannya merugikan kita..toh hasilnya ga fair kan kalo mau jujur juara asian idol ga terlalu istimewa banget...seharusnya ajang seperti itu penilaiannya oleh juri kaya asia bagus waktu dulu atau penilaian seperti 100 juri yang mewakili kebanyakan orang menurut saya itu jauh lebih baik daripada kirim sms sebanyak-banyaknya untuk mendukung jagoan kamu..wahhhh stop pembodohan...wasalamualaikum..
Read more...